Kamis, 04 September 2014

#FF2in1 : Penyembuh Luka

Aku tidak pernah mengerti, mengapa kau selalu ada di sampingku dan tidak pernah pergi. Bahkan ketika semua meninggalkanku. Saat itu. Aku tidak akan pernah lupa malam itu. Mereka mencemoohku dan menghinaku tanpa ampun. Mereka menyebutku tak pantas ada di sekolah elit ini. Mereka bilang aku menipu sekolah dengan beasiswa yang ayahku rancang sendiri. Lihatlah, mereka bahkan menghina ayahku? Tega. Bagaimana aku bisa lupa malam paling mengerikan dalam hidupku itu? Langitku runtuh saat itu. Tak terperi. Tak terbendung. Hatiku hancur. Luluh lantak. Aku kecewa. Benar-benar kecewa. Pada dunia. Pada rencana yang sedang Tuhan mainkan untukku. Mengapa tega sekali?Aku bahkan sempat tak ingin mempercayai orang lagi.
Tapi, kau hadir. Dengan saputangan warna biru langit. Yang kau sodorkan ketika kusedang merutuki malam itu. Di bawah sinar kuning lampu jalanan. Di sebuah trotoar pinggir jalan yang tidak terlalu ramai.
Kau mengagetkanku. Aku bahkan tak menyangka kau tahu namaku.
"Jangan terlalu diambil hati, Dewi. mereka bahkan gak kenal siapa kamu kan?"
Aku hanya bisa diam. Aku masih tidak bisa mempercayaimu kala itu.
Kau nampak dapat membaca gurat wajah tidak percayaku itu. Tapi seolah tak peduli, kau membuktikan kepedulianmu dengan mengangkat tanganku untuk kau bawa ke dalam mobilmu.
Sepanjang perjalanan kau mengantarku pulang, kau juga tidak mengucapkan sepatah kata pun. Kau seperti ingin membiarkan diriku tenang.
Sampai pada hari-hari setelah malam itu. Kau tidak pernah pergi lagi dari sisiku. Kita berbicara semakin banyak. Kau bercerita semakin banyak. Kau mendengarkanku semakin banyak. Kita menghabiskan waktu semakin banyak.
"Kenapa kamu selalu ada disini buat aku, Di?" aku benar-benar penasaran dengan jawaban dari pertanyaan itu. Kamu seperti orang asing bagiku dulu. Tapi kini? Mungkin kau orang paling pertama yang akan menjagaku dan hatiku, dari siapapun yang ingin melukainya.
"Aku juga gak tau. Mungkin, Tuhan ingin aku jadi penyembuh lukamu.." aku selalu suka senyummu itu. Jujur.
"You did it well. Really."
Kau mendaratkan kecupan hangat di dahiku. Tetaplah disini. Jadi penyembuh lukaku.

Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar