Aku tidak habis pikir. Pada cara kerja dewi cinta memutarbalikan duniaku. Bagaimana bisa ia dengan mudah melemparkan panah asmaraku pada pria-pria itu? Semudah itukah aku jatuh cinta?
Perkenalkan, namaku Nessa. Aku tidak cantik. Tidak juga lemah gemulai seperti kebanyakan wanita idaman pria. Aku sedikit tomboi, kurasa. Jalanku tidak anggun. Makanku banyak, hampir sama dengan porsi makan Genta, sahabatku yang tambun itu. Tapi aku tidak pernah menutupinya, bahkan di hadapan teman-teman lelakiku. Mungkin itu alasan mereka menghapusku dalam daftar cewek idaman mereka, hahaha.
Lebih payah lagi jika kita berbicara soal percintaanku. Jangan bilang siapa-siapa ya, ini rahasia. Aku. Hmm, aku..., aku belum pernah punya pacar. Sungguh, sejak aku tau dari sinetron seperti apa itu pacaran, aku belum pernah merasakannya langsung.
Apa? Kalian tidak terkejut? Sudah kuduga. Mungkin karena kalian telah membayangkan bagaimana rupaku yang tidak ada pantas-pantasnya dijadikan kekasih ini, ya? Haha, terima kasih, kawan. Jujur itu memang terkadang menyakitkan.
Dan akan lebih menyedihkan lagi, jika kalian tau betapa tidak tahu dirinya aku ini.
Aku yang seharusnya bercermin sebelum jatuh cinta ini, justru dianugerahi bakat luar biasa oleh Tuhan, mudah jatuh cinta.
Semudah apa? Selincah tupai melompat dari satu ranting ke ranting lainnya, kurasa.
Seperti ini misalnya..
Minggu lalu, aku berhasil menghubungi salah satu gebetanku semasa SMA dulu. Tanpa sengaja, kami berkontakan di media sosial. Tak banyak percakapan. Tak begitu penting obrolan. Tapi mampu membuatku melayang ke langit, dan enggan jatuh ke bumi jika bukan di pelukannya. Aih, dangdut sekali, bukan?
Tapi, sudah senorak itu diriku, tetap bukan jaminan kalau dia akan jadi ranting terakhirku untuk bersinggah. Kemarin, aku menghabiskan waktuku bersama seorang teman jauh. Dulu kami sempat dekat karena sebuah kebetulan. Dulu kami memang seperti sedang menjajaki masa pendekatan. Tapi pendekatan tinggallah pendekatan. Hanya sampai pada tahap 'hampir jadian' dan kami hilang kontak. Kawan, inilah alasanku begitu menyukai lagu Almost Is Never Enough milik mbak grande yang mungil itu, Ariana Grande. Dia benar sekali, tentang bagaimana yang namanya hampir itu tidaklah pernah bisa cukup.
Dan karena kebetulan kedua yang terjadi kemarin, akhirnya aku berkesempatan untuk memiliki waktu bersama pria itu lagi. Entah karena hatiku memang sedang kosong, atau aku saja yang gila karena seminggu sebelumnya aku benar-benar menginginkan pria lain. Aku pun merasa jatuh cinta, untuk kedua kalinya pada pria ini.
Belum lagi perasaanku yang mudah memerah jambu, kala ada pria yang sedikit saja mencoba menarik perhatianku, atau setidaknya tidak sengaja menarik perhatianku. Lantas, bagaimana denga pria-pria sebelumnya yang kubicarakan setiap hari, kubayangkan wajahnya setiap malam, kunantikan hadirnya setiap waktu itu? Apa aku memang benar-benar jatuh cinta? Memang seperti apa jatuh cinta itu sebenarnya?
Terkadang, aku sampai merasa malu untuk menceritakan ketertarikanku terhadap seorang pria kepada sahabatku. Salah-salah mengartikan, dua hari kemudian bisa saja kuceritakan kepada mereka tentang pria yang berbeda. Hingga mereka hanya bisa menggelengkan kepalanya, melihatku yang tidak juga jera melompat dari satu pohon ke pohon lainnya.
Walau begitu, aku percaya satu hal.
Cinta sejati tidak mungkin dapat ditemukan sekedar jatuh dari pohon. Atau di tepi sungai. Atau di kolong meja. Tidak semudah itu.
Cinta pada pandangan pertama? Jangan bodoh. Apa yang kau lihat saat memandangnya pertama kali? Fisiknya, bukan? Maka itu hanyalah ketertarikanmu pada fisiknya. Bukan hatinya. Bukan jatuh cinta.
Jika sekarang aku dengan mudah melompat kesana kemari, dari satu pohon ke pohon lainnya, dari satu hati ke hati lainnya. Maka, biarkanlah untuk sementara ini aku menjadi tupai yang lincah. Cukup ingatkanku untuk selalu berhati-hati, agar tidak jatuh dan terluka.
Sampai kapan?
Sampai cinta sejati yang sesungguhnya itu datang. Pasti dengan cara yang berbeda dari yang sudah-sudah. Pasti dari arah yang tidak pernah kusangka-sangka. Pasti dengan rasa yang tidak pernah kubayangkan.
Setidaknya, begitulah cara kerja 'jodoh' yang tak akan bisa kuprediksi kapan datangnya.
Kau tahu, kawan? Aku sudah tidak sabar dibuat terkejut dengan bagaimana caranya datang. Ketika aku akan dibuat mengalah. Berhenti melompat dari ranting ke ranting. Memilih satu saja batang pohon untuk kubangun sarang dan tempat tinggal selamanya. Aku penasaran, akan seperti apa rasanya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar