Aku mungkin tidak sebaik Siti Khadijah
Aku juga mungkin tidak secantik Siti Fatimah
Dan mungkin tidak sesabar Siti Aisyah
Mungkin aku hanya selayaknya tulang rusuk yang akan terus membengkok
Karena itu, aku ingin menjadi bagian dari tulang rusukmu
Yang akan senantiasa kau bimbing hingga lurus
Dalam mencari ridho Allah
Bersama-sama denganmu, jodohku.
First wrote on my phone notepad, personally.
Why 'untitled'? Cause I never give it a title when i wrote it many months ago.
Ini semacam kata hati, dan doa. Bantu, aminkan, ya :)
Pernah diupload dalam bentuk jpeg di akun facebook :D
Minggu, 29 Juni 2014
Kamis, 19 Juni 2014
Apa Namanya?
Apa namanya kalau masih memikirkan?
Apa namanya jika masih mencari tahu?
Apa namanya bila kerap teringat?
Apa namanya kalau selalu rindu?
Apa namanya jika ketir setiap mendengar namamu?
Apa namanya bila tak kuasa memandang ketika berjumpa?
Ini gila.
Aku benar-benar jatuh cinta?
Apa namanya jika masih mencari tahu?
Apa namanya bila kerap teringat?
Apa namanya kalau selalu rindu?
Apa namanya jika ketir setiap mendengar namamu?
Apa namanya bila tak kuasa memandang ketika berjumpa?
Ini gila.
Aku benar-benar jatuh cinta?
Minggu, 15 Juni 2014
Surat Dari Cinta
Dari : Cinta
Untuk : Pria senja hari dengan kacamata segi empat, yang sedang memegang kertas ini
Selamat malam.
Apa kabar? Harusnya tak perlu kutanyakan hal klise itu, bukan? Hahaha. Harusnya akulah yang paling tau bagaimana keadaanmu, dimana kau berada, apa yang sedang kau kerjakan, bagaimana makan siangmu tadi, apa rencanamu esok hari, larutkah tidurmu malam ini, dan banyak hal lainnya yang selalu kita bicarakan akhir-akhir ini. Sekarang? Tidak ada lagi.
Sebenarnya, surat ini kutulis, untuk meluruskan apa yang sebenarnya terjadi. Tentang perubahan sikapku, yang kerap kau pertanyakan. Tentang apa yang terjadi, hingga aku 'mendingin' padamu. Tentang pertanyaan-pertanyaanmu yang seakan-akan resah karena aku mulai menjaga jarak. Sudah kubilang kan, semua keputusan pasti mempunyai alasan? Aku punya alasan untuk ini semua.
Aku mengenalmu, sudah cukup lama. Tak pernah tersirat dalam pikiranku untuk lebih dekat denganmu. Tak pernah. Sebagai kenalan semata, kamu bahkan tidak termasuk dalam tipe pria idamanku. Aku tidak suka pria berkacamata. Terlalu menjemukan. Maaf, tapi itu jujur, hehehe. Maka tak aneh, jika dulu aku justru jatuh hati pada rekanmu yang maskulin itu. Maaf ya. Hehehe.
Saat kau datang menghampiriku, di sebuah senja kala itu. Aku bahkan tak menyadari bahwa kau akan jadi orang penting dalam sejarahku.
Kau mulai mencoba menarik perhatianku. Aku sendiri tak percaya, apa yang kau lihat dariku sebenarnya? Aku pasti tak seistimewa mantan kekasihmu itu, atau wanita-wanita yang kau lirik sebelumku. Tubuhku tambun. Pipiku lebar. Modalku hanya lesung di kedua pipi ini yang katanya mampu menambah manis senyumku. Lalu, mengapa kau menghampiriku? Mungkin, kau hanya penasaran? Iya kah? Ah, kau jahat, jika memang itu adanya. Penasaran semata, bukan alasan yang baik untuk seorang pria mencoba mendekati seorang wanita.
Atau, kau hanya ingin 'mencoba'? Jatuh cinta tidak semurahan itu. Harusnya kau tau itu. Memangnya aku ini apa? Kelinci percobaan? Jika itu tujuanmu, bukan hanya aku yang akan membencimu. Sahabat-sahabatku pun pasti akan mengutukmu. Hanya wanita bodoh yang terima perlakuan direndahkan seperti itu.
Atau, kau sebenarnya hanya butuh 'teman pelepas bosan'? Jika seperti itu adanya, kusarankan padamu untuk berlangganan sms berbayar saja pada ponselmu. Hahaha. Aku serius. Untuk apa menghabiskan waktuku jika itu yang kau mau? Kau pikir hatiku terbuat dari batu karang, yang tak akan bergeming walau diterjang ombak setiap saat? Jika aku terlanjur nyaman padamu, kau mau apa? Bisakah kau bertanggung jawab? Aku tak sudi.
Kau harus tau. Aku meragu padamu.
Bukan karena aku tidak bisa 'jatuh cinta' padamu. Tapi karena aku ragu, benarkah kau 'jatuh cinta' padaku.
Seseorang yang jatuh cinta pasti bisa merasakan hal yang tidak ia rasakan pada sosok lain. Dan sepertinya, kau tidak merasakan hal itu. Iya, kan?
Dan hal yang membuatku gusar, mengapa tak kau tinggalkan aku? Mengapa kau terus mencoba melakukan hal-hal yang selalu kau tunjukkan padaku selama ini? Mengapa ketika kau sadar, kau tidak benar-benar menyukaiku, kau tidak langsung pergi baik-baik sehingga aku tidak perlu mengharapkanmu lagi?
Kau justru bersikap seolah-olah tidak ada yang salah. Permainan peran kah itu semua? Bagus sekali.
Mungkin kau berpikir aku agak berlebihan. Terserahlah. Aku memang seorang pemikir. Begini adanya. Aku tidak bisa membiarkan hal semu seperti yang kau lakukan ini berlangsung lebih lama lagi. Aku tidak bisa berlama-lama membiarkan hatiku kau oyak-oyak, dan kemudian aku tau kau pasti akan meninggalkanku begitu saja ketika kau sudah bosan. Aku lebih baik sendiri daripada harus bersama dengan orang yang ingin bermain-main semata.
Sikapmu yang seolah-olah keberatan jika aku berubah itu, membuatku muak. Aku tak mengerti jalan pikiranmu. Sudah kubilang kan, tinggalkan saja aku, jika memang kau tak benar-benar menginginkanku. Bagaimana bisa seseorang tetap bertahan pada satu hal, yang bahkan ia sendiri telah mengakuinya bahwa ia tidak bisa menjalaninya?
Jahat.
Tapi, kuserahkan semuanya padamu. Maafkan aku jika aku harus berubah. Tenang, setidaknya aku masih bisa bersikap biasa seperti aku dan kamu yang dulu. Sebelum semua ini terjadi. Aku janji untuk hal itu :)
Kau pasti sedang mengutukku karena bagimu ini berlebihan, ya?
Aku tidak akan seperti ini, jika aku belum terlanjur menyukaimu.
Jika kau tak bisa yakinkan dirimu sendiri, jangan pernah coba-coba kau yakinkan hati orang lain. Karena ketika hati orang itu terlanjur yakin padamu, saat kau belum benar-benar yakin, kau bisa apa? Tinggalkan aku.
Terima kasih untuk membuatku sempat merasakan jatuh cinta lagi.
Untuk : Pria senja hari dengan kacamata segi empat, yang sedang memegang kertas ini
Selamat malam.
Apa kabar? Harusnya tak perlu kutanyakan hal klise itu, bukan? Hahaha. Harusnya akulah yang paling tau bagaimana keadaanmu, dimana kau berada, apa yang sedang kau kerjakan, bagaimana makan siangmu tadi, apa rencanamu esok hari, larutkah tidurmu malam ini, dan banyak hal lainnya yang selalu kita bicarakan akhir-akhir ini. Sekarang? Tidak ada lagi.
Sebenarnya, surat ini kutulis, untuk meluruskan apa yang sebenarnya terjadi. Tentang perubahan sikapku, yang kerap kau pertanyakan. Tentang apa yang terjadi, hingga aku 'mendingin' padamu. Tentang pertanyaan-pertanyaanmu yang seakan-akan resah karena aku mulai menjaga jarak. Sudah kubilang kan, semua keputusan pasti mempunyai alasan? Aku punya alasan untuk ini semua.
Aku mengenalmu, sudah cukup lama. Tak pernah tersirat dalam pikiranku untuk lebih dekat denganmu. Tak pernah. Sebagai kenalan semata, kamu bahkan tidak termasuk dalam tipe pria idamanku. Aku tidak suka pria berkacamata. Terlalu menjemukan. Maaf, tapi itu jujur, hehehe. Maka tak aneh, jika dulu aku justru jatuh hati pada rekanmu yang maskulin itu. Maaf ya. Hehehe.
Saat kau datang menghampiriku, di sebuah senja kala itu. Aku bahkan tak menyadari bahwa kau akan jadi orang penting dalam sejarahku.
Kau mulai mencoba menarik perhatianku. Aku sendiri tak percaya, apa yang kau lihat dariku sebenarnya? Aku pasti tak seistimewa mantan kekasihmu itu, atau wanita-wanita yang kau lirik sebelumku. Tubuhku tambun. Pipiku lebar. Modalku hanya lesung di kedua pipi ini yang katanya mampu menambah manis senyumku. Lalu, mengapa kau menghampiriku? Mungkin, kau hanya penasaran? Iya kah? Ah, kau jahat, jika memang itu adanya. Penasaran semata, bukan alasan yang baik untuk seorang pria mencoba mendekati seorang wanita.
Atau, kau hanya ingin 'mencoba'? Jatuh cinta tidak semurahan itu. Harusnya kau tau itu. Memangnya aku ini apa? Kelinci percobaan? Jika itu tujuanmu, bukan hanya aku yang akan membencimu. Sahabat-sahabatku pun pasti akan mengutukmu. Hanya wanita bodoh yang terima perlakuan direndahkan seperti itu.
Atau, kau sebenarnya hanya butuh 'teman pelepas bosan'? Jika seperti itu adanya, kusarankan padamu untuk berlangganan sms berbayar saja pada ponselmu. Hahaha. Aku serius. Untuk apa menghabiskan waktuku jika itu yang kau mau? Kau pikir hatiku terbuat dari batu karang, yang tak akan bergeming walau diterjang ombak setiap saat? Jika aku terlanjur nyaman padamu, kau mau apa? Bisakah kau bertanggung jawab? Aku tak sudi.
Kau harus tau. Aku meragu padamu.
Bukan karena aku tidak bisa 'jatuh cinta' padamu. Tapi karena aku ragu, benarkah kau 'jatuh cinta' padaku.
Seseorang yang jatuh cinta pasti bisa merasakan hal yang tidak ia rasakan pada sosok lain. Dan sepertinya, kau tidak merasakan hal itu. Iya, kan?
Dan hal yang membuatku gusar, mengapa tak kau tinggalkan aku? Mengapa kau terus mencoba melakukan hal-hal yang selalu kau tunjukkan padaku selama ini? Mengapa ketika kau sadar, kau tidak benar-benar menyukaiku, kau tidak langsung pergi baik-baik sehingga aku tidak perlu mengharapkanmu lagi?
Kau justru bersikap seolah-olah tidak ada yang salah. Permainan peran kah itu semua? Bagus sekali.
Mungkin kau berpikir aku agak berlebihan. Terserahlah. Aku memang seorang pemikir. Begini adanya. Aku tidak bisa membiarkan hal semu seperti yang kau lakukan ini berlangsung lebih lama lagi. Aku tidak bisa berlama-lama membiarkan hatiku kau oyak-oyak, dan kemudian aku tau kau pasti akan meninggalkanku begitu saja ketika kau sudah bosan. Aku lebih baik sendiri daripada harus bersama dengan orang yang ingin bermain-main semata.
Sikapmu yang seolah-olah keberatan jika aku berubah itu, membuatku muak. Aku tak mengerti jalan pikiranmu. Sudah kubilang kan, tinggalkan saja aku, jika memang kau tak benar-benar menginginkanku. Bagaimana bisa seseorang tetap bertahan pada satu hal, yang bahkan ia sendiri telah mengakuinya bahwa ia tidak bisa menjalaninya?
Jahat.
Tapi, kuserahkan semuanya padamu. Maafkan aku jika aku harus berubah. Tenang, setidaknya aku masih bisa bersikap biasa seperti aku dan kamu yang dulu. Sebelum semua ini terjadi. Aku janji untuk hal itu :)
Kau pasti sedang mengutukku karena bagimu ini berlebihan, ya?
Aku tidak akan seperti ini, jika aku belum terlanjur menyukaimu.
Jika kau tak bisa yakinkan dirimu sendiri, jangan pernah coba-coba kau yakinkan hati orang lain. Karena ketika hati orang itu terlanjur yakin padamu, saat kau belum benar-benar yakin, kau bisa apa? Tinggalkan aku.
Terima kasih untuk membuatku sempat merasakan jatuh cinta lagi.
Ditemani senja yang sama,
Cinta.
Minggu, 08 Juni 2014
Cinta
Cinta bukanlah perkara menjadi pemenang di setiap argumen. Bukan juga perkara mengalah pada setiap perbedaan.
Cinta bukanlah siapa yang paling mencintai apa adanya. Juga bukan tentang siapa yang siap menerima apapun adanya.
Cinta bukan perihal ia yang paling banyak memberi. Bukan juga perihal ia yang paling sering menerima.
Cinta bukan bagaimana membenarkan walau ia salah. Bukan bagaimana membela walau tak perlu dibela.
Cinta bukan urusan menyerahkan diri tanpa syarat. Bukan pula urusan merelakan tanpa belas kasihan.
Cinta tak perlu mengalah. Cinta janganlah menerima apa adanya. Cinta bukan perlombaan memberi atau menerima. Cinta tak boleh selalu membenarkan. Cinta bukanlah penyerahan diri tanpa syarat.
Cinta adalah perkara saling. Saling mengasihi. Saling menghormati. Saling menghargai. Saling memberi. Saling menerima. Saling membuka diri. Saling mengantisipasi. Saling menenangkan. Saling memenangkan. Saling cinta.
Cinta adalah perihal sama-sama mendaki sampai ke puncak. Bukan mengejar karena tertinggal. Bukan juga turun menjemput karena terlampau setinggi puncak.
Cinta itu dua arah, sayang. Aku dan kamu. Bukan aku saja. Atau kamu saja.
04-06-2014
Langganan:
Postingan (Atom)